Sabtu, 08 November 2014

SEJARAH PEMELIHARAAN AL-QUR’AN PADA MASA NABI




SEJARAH PEMELIHARAAN AL-QUR’AN PADA MASA NABI





Ulumul Qur’an Dan Ulumul Hadist
Oleh :
Asyari
Munawir
Mursyidin

ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UIN AR-RANIRY
BANDA ACEH
2014



BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam. Bagi Muslim, Al-Quran merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Qur’an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang sangat berharga bagi umat Islam hingga saat ini. Di dalamnya terkandung petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun akhirat.
Bagian-bagian Al-Qur’an
Al-Qur’an mempunyai 114 surat, dengan surat terpanjang terdiri atas 286 ayat, yaitu Al Baqarah, dan terpendek terdiri dari 3 ayat, yaitu Al-‘Ashr, Al-Kautsar, dan An-Nashr.
Sebagian ulama menyatakan jumlah ayat di Al-Qur’an adalah 6.236, sebagian lagi menyatakan 6.666. Perbedaan jumlah ayat ini disebabkan karena perbedaan pandangan tentang kalimat Basmalah pada setiap awal surat (kecuali At-Taubah), kemudian tentang kata-kata pembuka surat yang terdiri dari susunan huruf-huruf seperti Yaa Siin, Alif Lam Miim, Ha Mim dll. Ada yang memasukkannya sebagai ayat, ada yang tidak mengikutsertakannya sebagai ayat

Didalam al-Qur’an terdapat petunjuk bagi seluruh umat manusia, al-Qur’an juga merupakan mu’jizat Nabi Muhammad SAW yang masih bisa di rasakan sampai sekarang.
Seandainya al-Qur’an tidak dipelihara pada waktu Itu mungkin generasi muda sekarang tidak akan pernah tahu bentuk fisik dari al-Qur’an dan karena itu rujukan kaum muslim menjadi tidak orisinil.
B.Rumusan Masalah
1. Pengertian  pemeliharaan al-Qur’an
2. Pemeliharaan al-Qur’an pada masa Nabi
C.Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan kami membuat makalah ini, ialah untuk menambah pengetahuan tentang perjuangan yang telah Rusullah SAW lakukan dalam menjaga keutuhan kitab suci Al-Qura’an.

  
BAB II
Pembahasan
  1.
1.  Pengertian pemeliharaan al-Qur’an
Pemeliharaan Al-Qur’an terdiri atas dua kata yaitu pemeliharaan dan Al-Qur’an. Pemeliharaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pembuatan, penjagaan dan perawatan. Sedangkan Al-Qur’an adalah Kitab suci umat islam yang berisi firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., dengan perantaraan Malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk dan pedoman hidup umat manusia.
Dari pengertian itu dapat dipahami bahwa yang dimaksud pemeliharaan Al-Qur’an Adalah proses pengumpulan, penulisan dan pembukuan serta perawatan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga menjadi sebuah kitab seperti yang kita baca sekarang.
   1.2.  Pemeliharaan Al-Qur’an Pada Masa Nabi
Al-Qur’an diturunkan dalam 2 periode, yang pertama Periode Mekah, yaitu saat Nabi SAW bermukim di Mekah (610-622 M) sampai Nabi SAW melakukan hijrah. Ayat-ayat yang diturunkan pada masa itu disebut ayat-ayat Makkiyah, yang berjumlah 4.726 ayat, meliputi 89 surat.
Kedua adalah Periode Madinah, yaitu masa setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah (622-632 M). Ayat-ayat yang turun dalam periode ini dinamakan ayat-ayat Madaniyyah, meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25 surat.
Ciri-ciri Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah
Makkiyah Madaniyyah
Ayat-ayatnya pendek-pendek, Ayat-ayatnya panjang-panjang,
Diawali dengan yaa ayyuhan-nâs (wahai manusia), Diawali dengan yaa ayyuhal-ladzîna âmanû (wahai orang-orang yang beriman).
Kebanyakan mengandung masalah tauhid, iman kepada Allah SWT, hal ihwal surga dan neraka, dan masalah-masalah yang menyangkut kehidupan akhirat (ukhrawi), Kebanyakan tentang hukum-hukum agama (syariat), orang-orang yang berhijrah (Muhajirin) dan kaum penolong (Anshar), kaum munafik, serta ahli kita.
Ayat Al-Qur’an yang pertama diterima Nabi Muhammad SAW adalah 5 ayat pertama surat Al-‘Alaq, ketika ia sedang berkhalwat di Gua Hira, sebuah gua yang terletak di pegunungan sekitar kota Mekah, pada tanggal 17 Ramadhan (6 Agustus 610). Kala itu usia Nabi SAW 40 tahun.
Al-Qur’an Al-karim turun kepada Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis), karena itu perhatian Nabi hanya dituangkan untuk sekedar menghafal dan menghayati agar ia dapat menguasai al-Qur’an yang diturunkan. Setelah membacanya beliau perdengarkan kepada orang-orang dengan berita terang agar merekapun dapat menghafalnya serta memantapkannya.
Bangsa Arab pada saat itu belum banyak yang dapat membaca dan menulis, namun pada umumnya mereka memiliki daya ingatan yang sangat  kuat. Pada setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu yang berupa ayat-ayat al-Qur’an beliau membacanya di depan para sahabat, kemudian para sahabat menghafalkan ayat-ayat tersebut sampai hafal di luar kepala, dan orang-orang Arab pun merasa bangga karena akal pikiran mereka tertimpa dengan al-Qur’an, sehingga perhatiannya dicurahkan kepada al-Qur’an. Mereka menghafalnya ayat demi ayat, surat demi surat, dan mereka tinggalkan syair-syair karena merasa memperoleh ruh atau jiwa dari al-Qur’an.
Dan sahabat nabi yang terkemuka dalam menghafal Al-Qur’an menurut hadist oleh Bukhari adalah:
       a. Abdullah ibnu Mas’ud
b.Salim bin Mu’aqli, dia adalah Maula Abu Huzaifah
c. Mu’az bin Jabal
d. Ubay bin Ka’ab
e. Zaid bin Tsabit
f. Abu Zaid bin Sukun
g. Abu Darda’
Kemudian Rasulullah menyuruh Kuttab (penulis wahyu) untuk menuliskan ayat-ayat yang baru diterimanya itu. Tulisan yang ditulis oleh para Kuttab disimpan di rumah Rasulullah, dan di samping itu mereka juga menulis untuk mereka sendiri.                                                          

 Di antara sahabat yang menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an adalah :
a.  4 sahabat yang terkemuka yaitu,Abubakar,Umar,Usman  dan ali
b. Muawiyah bin Abu Sufyan
c.  Zaid bin Tsabit
d. Ubay bin Ka’ab
e.  Khalid bin Walid
Di saat Rasulullah masih hidup al-Qur’an belum dikumpulkan di dalam mushaf (buku yang berjilid). Adapun cara mereka menulisnya pada pelepah-pelepah kurma, kepingan batu, kulit atau daun kayu, tulang binatang, dsb.
Para sahabat di kala Islam masih disembunyikan, mempelajari al-Qur’an di suatu rumah (di rumah Zaid Bin Al-Arqam), di sanalah mereka berkumpul mempelajari serta memahami kandungan ayat-ayat  yang telah diturunkan itu. Di kala umat Islam telah berhijrah ke Madinah, dan Islam telah tersebar ke kabilah-kabilah Arab, mulailah sahabat yang dapat menghafal al-Qur’an pergi ke kampung-kampung, ke dusun-dusun menemui kabilah-kabilah yang telah islam untuk mengajarkan al-Qur’an. Kemudian pada tiap-tiap mereka telah mempelajari, dibebankan mengajari teman-teman yang belum mengetahui. Sahabat-sahabat yang mengajarkan itu pergi ke kabilah-kabilah yang lain untuk menyebarkan al-Qur’an seterusnya.
Dalam keadaan yang sangat sempit dan mencekam sebagaimana digambarkan pada waktu itu, pencatatan al-Qur’an terus berjalan; tentu sangat masuk akal bila pada periode Madinah pencatatan  wahyu  yang  turun  lebih banyak  karena situasi dan kondisi umat Islam waktu ini relative  lebih baik, aman dan tentram. Apalagi di periode Madinah ini umat Islam telah merupakan satu komunitas muslim yang kuat dan disegani di tanah Arab dengan Nabi sebagai pimpinannya.
Kitab suci al-Qur’an bisa dihafal dalam hati adalah ciri khas bagi umat Muhammad. Dalam mengingatnya berpedoman pada hati dan dada.
 tidak cukup hanya dengan berdasarkan tulisan dalam bentuk lembaran dan catatan. Berbeda halnya dengan ahli kitab, mereka tidak seorangpun yang hafal akan Taurat  dan Injil. Dalam mengabdikannya mereka hanya berpedoman dengan bentuk tulisan, mereka tidak membacanya dengan penuh seksama kecuali hanya sekilas pandang, tidak dengan penuh penghayatan, karena itu masuklah unsur-unsur perubahan dan pergantian pada keduanya. Berbeda halnya dengan al-Qur’an dia dipelihara oleh Allah SWT. dan Allah mudahkan kita untuk menghafalnya. Seperti dalam  firman Allah SWT. surat  Al-Qomr: 17
كَذّ بَتْ عَا دٌ فَكَيْفَ كَا نَ عَذَ ا بِيْ وَ نُذُ رِ
yang artinya:
“Dan sesungguhnya telah kami mudahkan al-qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”
Ada beberapa faktor yang menjamin kemurnian al-Qur’an pada masa itu, di antaranya hafalan yang sangat kuat dari para sahabat, naskah al-Qur’an yang ditulis  untuk nabi, naskah yang ditulis oleh para penulis wahyu untuk diri mereka sendiri, dan tadarus al-Qur’an yang dilakukan oleh malaikat Jibril dan nabi setiap tahun sekali, semua ini memang diatur oleh Allah SWT. sesuai dengan firman-Nya dalam surat al-Hijr: 9
اِ نّا نَحْنُ نَزّ لَنَا ا لذّ كْرَ وَ اِ نا لَه  لَحَفِظُوْ نَ
yang artinya:
Sesungghnya kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya”.
Ketika nabi wafat, Al-qur’an tersebut telah sempurna di turunkan dan telah di hafalkan oleh ribuan manusia, dan telah di tuliskan semua ayat-ayatnya. Semua ayatnya telah disusun dengan tertib menurut urutan yang ditujukan sendiri oleh Nabi.
Mereka telah mendengar Al-qur’an itu dari mulut Nabi sendiri berkali-kali dalam shalat, dan Khutbah. Pendek kata Al-qur’an tersebut telah terjaga dengan baik.
Suatu hal yang menarik perhatiaan, ialah Nabi baru wafat dikala Al-qur’an itu telah cukup diturunkan, dan Al-qur’an itu sempurna di turunkan di waktu Nabi telah mendekati masanya untuk kembali ke hadirat Allah S.W.T. Hal ini bukan suatu kebetulan saja, tapi telah di atur oleh yang Maha Esa.
Fakta sejarah yang dikemukakan itu sekaligus memberi gambaran kepada kita bahwa al-Qur’an yang diturunkan kepada nabi Muhammad benar-benar asli dan mutawir dikalangan sahabat dan umat islam waktu itu.

BAB III
Penuutup
Dari uraian makalah ini kita dapat mengambil suatu kesimpulan,bahwa pemeliharaan Al-Qura’an pada masa nabi, merupakan penulisan ayat –ayat  suci  Al-Qura’an, pada sarana tertentu yang mudah mereka dapatkan.
Tujuan dari pemeliharaan ini ialah menambah keyakinan terhadap kemurnian Al-Qur’an, meskipun tumpuhan utama pada waktu itu adalah hafalan.